Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah Allah masih izinkan kita untuk bisa selalu menebar kebermanfaatan hingga detik ini, masyaa Allah :)
Nah, disini, kami dari tim jurnalistik santri PPTQ Hamilul Qur'an mohon izin untuk ikut serta dalam jalan kebaikan ini. Selamat membaca sahabat fillah semuaaa :)
#NASEHAT SANTRI EPISODE 13
"Tanda-Tanda Manusia yang Bahagia✨"
Dalam kitab Nasho'ihul Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani, manusia yang paling bahagia adalah orang yang memiliki tiga hal dibawah ini :
1. Man Lahu Qolbun 'Aalimun, yaitu hati yang selalu meyakini Allah SWT senantiasa bersamanya.
2. Badanun Shobirun, yaitu jiwa dan raganya selalu sabar untuk menerima ketetapan Allah SWT, ketika diberi ujian di detik pertama ia menerimanya.
3. Wal Qana'ah bi Maa Fil Yadii, yaitu bersikap qona'ah, ridho dengan apa yang sudah dimiliki dalam dirinya.
Khalifah Umar bin Khattab mengajarkan dan menunjukkan kita untuk bisa memenuhi tiga kriteria orang yang senantiasa bahagia. Dalam sebuah maqolah Sayyidina Umar bin Khattab mengatakan:
"Hatiku tenang sebab mengetahui apa yang melewatiku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa-apa yang ditakdirkan tidak akan pernah melewatiku"
Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi hidup kita daripada diri kita sendiri.
Dalam surat An-Nisa ayat 40 yang berbunyi :
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
"Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil dzarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya."
Ali bin Abi Thalib pun mengatakan,
"Saat doaku dikabulkan Allah hatiku tenang,
Saat doaku tidak dikabulkan Allah hatiku jauh lebih tenang, karena yang pertama adalah pilihanku, sedangkan yang kedua adalah pilihan Allah"
Jika doa-doa kita tidak dikabulkan itu semua karena kehendak Allah SWT.
Dikisahkan, Abu Qilabah adalah seorang sahabat Nabi yang dikenal selalu bersyukur, beliau adalah sahabat dekat dari Ibnu Abbas RA. Nama lengkapnya, yaitu Abdullah bin Zaid al-Jarmi. Beliau termasuk yang banyak meriwayatkan hadits dari sanad Anas bin Malik. Abu Qilabah berasal dari kota Bashrah dan wafat di Syam pada tahun 104 H. Ia juga merupakan seorang yang masyhur sebagai ahli ibadah.
Sosok Abu Qilabah memiliki kepribadian selalu bersyukur terhadap rahmat Allah dan selalu haus akan ilmu.
Berdasarkan riwayat dari Abdullah bin Muhammad pernah mengatakan, "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil yang dari bentuknya menunjukkan bahwa pemiliknya orang yang sangat miskin.
Lalu, aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Aku melihat ada seorang laki-laki, tetapi bukan laki-laki biasa.
Kondisi laki-laki itu sedang berbaring dengan tangan dan kakinya yang buntung, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara.
Dari lisannya, orang tersebut mengucapkan, "Ya Allah, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat memuliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain."
Lantas aku pun menemuinya dan berkata kepada orang itu, "Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?"
Sang laki-laki pemilik kemah menjawab, "Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung apa yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur."
Aku kembali bertanya, "Bersyukur atas apa?"
Laki-laki pemilik kemah menjawab lagi, "Tidakkah engkau melihat Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur."
Dikatakan dalam riwayat lain, Abu Qilabah merupakan sahabat terakhir Rasulullah SAW terakhir pada masa itu sehingga khalifah ingin menjadikannya seorang hakim. Itu merupakan jabatan yang mulia, tetapi Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir hingga wafat dalam keadaan seperti ini.
Demikianlah sekilas kisah Abu Qilabah, sahabat nabi yang senantiasa selalu bersyukur dan bersabar.
Wallahua'alam bishawab
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kontributor : Tim Jurnalistik PPTQ Hamilul Qur'an Klaten oleh Aprilia Mirza Hakim / XI
Editor : Ust Yahfazhka Izzah Salsabila
Belum ada tanggapan untuk "Nasehat Santri episode #13 PPTQ Hamilul Quran"
Posting Komentar