Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ucapan Alhamdulillah selalu mengalun dari lisan kita dibarengi dengan rasa syukur yang mengalir dari dalam hati, atas limpahan kasih sayang dan karunia Allah yang tiada terkira bagi kita semua.
Sholawat berbalut salam selalu tercurah bagi manusia pilihan, yang menjadi teladan kita hingga akhir zaman, nabi kita Nabi Muhammad SAW. yang selalu kita cintai dan selalu mencintai kita, in syaa Allah.
Sahabat Fillah, kita semua pasti punya impian. kita mau jadi apa, kita mau gimana kedepannya, dan apa yang menjadi tujuan kita.
Berbicara mengenai impian, mengingatkan saya pada kalimat yang pernah saya baca dalam sebuah buku yang berbunyi, "life is just like an airport, people come and go"
Hidup itu seperti bandara. Kita semua pergi dengan tujuan kita masing-masing. Bukan bandaranya yang menentukan kemana kita akan pergi, tapi kita sendiri yang menentukannya. Pesawat yang nantinya akan kita tumpangi, ibarat ikhtiar kita, yang akan mengantarkan kita menuju tujuan kita. Lalu bagaimana dengan tiketnya?
Impian kita adalah tiketnya. Semua orang berhak menentukan tiketnya sendiri. Mau kemana ia pergi, mau sejauh apa, itu terserah dia. Sama seperti kita yang berhak menentukan impian kita masing-masing, dan mau setinggi apapun impian kita, itu terserah kita.
Tapi terkadang, meskipun kita dibebaskan untuk bermimpi se-gamungkin apapun. Ada diantara kita yang terlalu takut untuk memimpikan sesuatu yang terkesan luar biasa. Mungkin bagi beberapa orang impian itu terasa biasa saja, tapi kesannya hampir mustahil untuk beberapa orang lainnya. Impian pengen jalan-jalan keliling dunia misalnya, atau pengen kuliah di luar negeri, dan sebagainya.
"Kok kayaknya ga mungkin ya?", " Udahlah ga usah ngarep ketinggian" , "Kayaknya ga bisa sih"
Mungkin itu adalah beberapa pikiran yang sering terlintas di otak kita. Padahal semua kekhwatiran dan ketakutan kita itulah yang semakin menjauhkan kita dari impian kita.
Sahabat Fillah, kita sering ragu dalam merangkai impian, padahal sahabat mulia Ali bin Abi Thalib RA. pernah berkata,
علو الهمة من الايمان
"Tingginya cita-cita adalah bagian dari iman"
Jadi kita memang dianjurkan untuk bermimpi setinggi mungkin. Karna dengan impian yang tinggi dan dorongan iman yang kuatlah, yang menjadikan salah satu pemuda terbaik dalam sejarah Islam, Muhammad Al Fatih dan pasukannya berhasil menaklukkan konstantinopel dengan izin Allah, setelah bertahun-tahun sejak zaman sahabat Nabi.
Nah, kita yang punya impian sekarang ini, setinggi apapun ga masalah. Pengen kuliah ke UI, ITB, Al Azhar atau bahkan Oxford sekalipun, gapapa. Pengen keliling eropa, afrika, bahkan antartika, silahkan. Pengen bangun 1000 masjid di seluruh dunia? Oke. Pengen bisa punya pondok pesantren di dasar samudera pasifik? Ya jangan yang terlalu halu juga, ya.
Tapi intinya sahabat Fillah semua, selagi impian kita impian yang positif, yang mulia, yang ingin bermanfaat bagi sesama. Mau setinggi apapun impian itu, gas pol aja pokoknya. Semua yang kita inginkan adanya di alam semesta, jadi siapa pemiliknya? Allah pemiliknya. Maka kita ya mintanya ke yang Mahapunya.
Kenapa kita harus ragu memimpikan sesuatu yang luar biasa padahal kita punya Tuhan yang Maha Luar Biasa dari segala yang luar biasa? Kenapa kita ragu memimpikan sesuatu yang terkesan ga mungkin padahal kita punya Tuhan yang Maha memungkinkan segala yang ga mungkin di mata manusia?
Tapi kita harus ingat, segala kesuksesan yang sifatnya dunia ini hanyalah sementara. Kita tetap harus jadikan akhirat adalah satu-satunya tujuan utama, dengan tetap memperhatikan kualitas kehidupan kita di dunia. Maka kita jadikan segala impian kita sebagai perantara kita untuk lebih dekat dengan Allah, perantara agar kita lebih bermanfaat bagi sesama, dan perantara kita dalam berperan menjadi sebenar-benarnya hamba yang hanya bergantung pada Allah semata. Kita niatnya semuanya hanya karna Allah dan untuk Allah.
Lantas gimana caranya menggapai impian tersebut? Tugas kita ikhtiar dan do'a. Ikhtiar tanpa do'a adalah kesombongan, do'a tanpa ikhtiar adalah kebohongan. Maka keduanya memang ga terpisahkan. Kita ikhtiar semampu kita, usahanya jalan, ibadahnya dikencengi, do'anya dikuatin. Kita tempuh jalur bumi dan jalur langit sekaligus. Lalu gimana dengan hasilnya?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)
Ranahnya kita adalah ikhtiar dan do'a, gimana hasilnya nanti kita pasrahkan semuanya pada Allah SWT. Kita tawakal seutuhnya pada-Nya. Karna Allah adalah sebaik-baik penulis skenario kehidupan terindah bagi hamba-Nya.
Kalaupun nantinya, apa yang kita inginkan ga tertakdir untuk kita. It's okay Ga akan ada yang sia-sia. Semua usaha dan do'a yang terpanjatkan akan ada balasan terbaik di sisi-Nya kelak. Allah yang paling tahu apa yang terbaik bagi kita.
Kata orang, ketika kita bermimpi setinggi langit, kalaupun jatuh nanti, kita akan jatuh di antara bintang-bintang, ga akan jatuh ke bumi. So, selamat menggapai impian setinggi-tingginya sahabat Fillah semuanya. Semoga Allah mudahkan jalan kita kedepannya, Allah karuniakan masa depan yang mulia bagi kita semua di jalan-Nya.
Sekian, semoga bermanfaat bagi semuanya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yahfazhka Izzah Salsabila
Santri PPTQ Hamilul Quran
Belum ada tanggapan untuk "Penerbangan di Langit Impian - Media Dakwah Santri"
Posting Komentar